Don’t Leave

Mianhae

Title : Don’t leave
Author : DorkyDuizzhang
Length : Oneshoot
Rating : PG
Genre : angst, romance, family
Main cast : SNSD Taeyeon & EXO Lay
Disclaimer : Semua cast milik Tuhan dan orang tua mereka. Saya hanya meminjam nama mereka utuk di jadikan model fanfiction ini. Plot murni milik saya. DON’T BE A PLAGIATOR !
Note : Ini FF amgst pertama saya. Jadi maaf kalau feelnya kurang dapet.
***
Dinginnya malam di kota seoul begitu menusuk tulang. Semilir angin bercampur air hujan menyatu menjadi sosok kedinginan yang tak terbendungkan. Meminum teh, berkumpul bersama keluarga, menonton tv, begitulah kegiatan yang biasanya di lakukan di saat cuaca seperti ini.
Namun tidak bagi Taeyeon, wanita itu hanya duduk diam sambil terus menahan air matanya. Memeluk lutut sambil menangis dan menangis. Itulah yang di lakukannya saat ini. Pikirannya melayang kemana-mana. Wajahnya pucat pasi, matanya sembab, rambutnya berantakan dan tak terurus seperti orang yang tak bersemangat hidup.
Ia terus menangis sambil membaca secarik surat yang kini tengah berada di tangannya. Rasa sakit, sedih, rapuh, putus asa, takut, semua bercampur menjadi satu. Sekarang ia harus menerima kenyataan pahit bahwa hidupnya tidak lama lagi. Tak ada harapan baginya, kanker otak stadium akhir yang di deritanya kini tak bisa tersembuhi lagi.
CKLEK
Pintu kamarnya nya terbuka menampakkan sosok pria tinggi dengan wajah tampan yang berstatus sebagai suaminya. Dengan sigap Taeyeon menghapus air matanya. Ia berdiri lalu tersenyum kearah orang itu, “Lay, kau sudah pulang ?”
“Maaf, aku lelah”
Taeyeon tetap tersenyum. Ini bukan pertama kalinya ia mendapat perlakuan acuh dari Lay –suami Taeyeon-. Hal biasa bagi Taeyeon jika suaminya itu tak bersikap lembut padanya. Tak hanya itu, Lay bukan hanya acuh pada Taeyeon. Terkadang lelaki itu juga bersikap kasar padanya.
Walaupun begitu, Taeyeon tetap mencintai Lay walaupun ia tau jika lelaki itu tak akan pernah mencintai dirinya. Taeyeon dan Lay adalah sepasang suami istri namun mereka tak mencintai satu sama lain. Mereka menikah atas dasar perjodohan bukan cinta.
Ibu lay yang sangat tau perasaan Taeyeon kepada putranya menjodohkan mereka berdua. Padahal saat itu Lay sudah mempunyai kekasih. Karena itu sampai saat ini lay tak pernah mau mengakui Taeyeon sebagai istrinya. Ia bahkan selalu mengacuhkan dan bertindak kasar pada gadis itu.
Taeyeon tak bergeming. Ia masih diam di tempat sambil memperhatikan Lay yang kini tengah tertidur pulas di atas kasur. Perlahan ia berjalan mendekati Lay lalu mengecup kening lelaki itu.
“Saranghae Lay”
***
“Tidak enak ! ini terlalu asin” bentak Lay.
“Ma-ma-maaf”
“Sudahlah ! dasar istri tidak berguna ! kemari kau !” ujar Lay sambil menarik lengan Taeyeon kasar. Lelaki itu menyeret Taeyeon kekamar mandi. Di ambil nya gayung lalu menyirami Taeyeon dengan air. Taeyeon tak dapat melawan, ia hanya bisa menangis dan menangis.
Lay menjambak rambut Taeyeon lalu membantingnya ke ujung dinding. Benturan Lay sangat keras sehingga membuat kening Taeyeon berdarah. Taeyeon merintih kesakitan, namun rintihannya sama sekali tidak di pedulikan oleh Lay.
Lay membanting pintu kamar mandi dan menguncinya. Membiarkan Taeyeon yang sedang kedinginan di dalam. Teayeon lalu menangis sejadi-jadinya. Ini sudah kesekian kalinya Lay berlaku kasar padanya. Namun gadis itu tak pernah melawan. Bahkan ia tidak pernah memberitau hal ini pada orang tuanya atau pun orang tua Lay.
Itu semua karna Taeyeon sangat mencintai Lay. Ia tidak mau kehilangan lelaki itu. Ia lebih senang jika dirinya hidup seperti di neraka dari pada harus kehilangan lelaki yang ia cintai.Sudah hamper 3 jam Lay mengurung Taeyeon di kamar mandi. Namun lelaki itu belum juga membuka ointu dan mmbiarkan Teaeyeon keluar. Taeyeon teruk memeluk bahunya mencoba memberi kehangatan pada setiap pori-pori badannya. Sedari tadi ia menahan sakit di kepala yang luar biasa menyakitkan.
Sakit itu, sakit yang telah ia rasakan beberapa bulan ini. Sakit kanker otak stadium akhir yang sebentar lagi akan merenggut nyawanya. Sakit yang akan membuatnya berpisah dengan lelaki yang di cintainya.
Pintu kamar mandi terbuka. Taeyeon lalu berdiri menatap Lay dengan tatapan sendu. “Buatkan aku teh hangat” ujar lay singkat. Taeyeon tersenyum menatap punggung Lay yang mulai beranjak dari hadapannya. Ia lalu bergegas ke dapur dan membuatkan Lay secangkir the hangat.
“Boleh aku masuk ?” Tanya taeyeon yang tengah berdiri di pintu ruang kerja Lay. Lay hanya mengangguk menanggapi perkataan Taeyeon. Taeyeon berjalan perlahan menuju ke arah meja kerja Lay yang terdapat di sudut ruangan. Namun saat hendak meletakkan teh itu di meja Lay, Taeyeon terpeleset dan akibatnya tumpahan teh itu mengenai lembaran kerja Lay.
Dengan sigap lay mendorong taeyeon sehingga gadis itu terjatuh. Ia membanting cangkir tadi kelantai sehingga membuat pecahan cangkir itu mengenai tangan Taeyeon. Taeyeon meringis kesakitan. Tangannya mengeluarkan darah sangat banyak. Lay menjambak rambut Taeyeon lalu membenturkannya ke dinding, “Kau benar-benar pembawa sial ! pergilah dari hidupku selamanya !” bentak lay.
“Tanpa kau suruh pun aku akan pergi dari kehidupan mu Lay” batin taeyeon.
Taeyeon merebahkan tubuhnya ke kasur. Tak peduli dengan tubuhnya yang masih basah ataupun tangannya yang masih saja mengeluarkan darah. Ia menangis sekencang-kencangnya. Hatinya sangat sakit. Benar-benar sakit.
Kepalanya berdenyut kuat sekali. Ia tau ini adalah sakit dari penyakit yang ia derita. Taeyeon memukul-mukul kepalanya berharap rasa sakit itu hilang. Namun nihil, sakit yang ia rasakan malah semakin bertambah. Taeyeon bangkit berdiri lalu mengabil jaketnya.
“Selamat tinggal Lay, saranghae”
***
“Taeyeon ! Taeyeon –a” lay berteriak memanggil-manggil nama istrinya namun tak ada jawaban. “Haishh.. kemana gadis itu” dengusnya.
Lay lalu beranjak dari ruangannya menuju kamar Taeyeon. Namun ia sedikit kaget karena istrinya itu tidak ada di sana. Ia lalu berlari menuju dapur, ruang tamu, dan kamar mandi. Namun nihil, Taeyeon juga tak ada di sana.
“Taeyeon –a di mana kau ?”
Lay terus mencari Taeyeon. Ke halaman belakang, halaman depan, semua tempat ia cari namun Taeyeon tak kunjung ia temukan. Akhirnya ia menyerah, ia duduk di atas kasur milik taeyeon sambil memperhatikan sekelilingnya. Perhatiannya terhenti saat melihat obat-obatan di dalam laci meja Taeyeon. Perlahan ia berjalan lalu mengambil obat-obatan itu.
“Obat apa ini ?” batinnya bingung.
Di lihat-lihatnya lagi isi laci itu sampai akhirnya ia menemukan sebuah surat yang membuat matanya memanas. Surat itu, surat keterangan atas penyakit taeyeon. Lay menemukannya. Seketika tubuhnya melemas, bayangan-bayangan buruk yang akan terjadi pada Taeyeon terngiang-ngiang di otaknya.
Tetesan air mata mulai berjatuhan di pipinya. Di remasnya surat itu lalu secepat mungkin mengendari mobilnya yang berada di garasi. Sepanjang jalan Lay tak henti-hentinya berdoa agar ia masih bisa bertemu dengan Taeyeon dan meminta maaf atas semua kesalahn yang ia lakukan. Sungguh ia sangat jahat pada gadis sebaik Taeyeon di masa-masa akhir hidupnya.
Lay terus mencari Taeyeon ke semua tempat yang biasa Taeyeon kunjungi, ia juga menelpon beberapa kerabat Taeyeon berharap bisa menemukan istrinya itu. Lay tak menelpon orang tua Taeyeon karena ia sangat takut mereka akan sangat shock jika tau anaknya menderita penyakit yang mematikan. Lay mencari-cari kontak di handphone nya yang bisa ia hubungi, dengan segera ia menekan tombol ‘Call’ saat menemukan kontak dengan nama ‘Tiffany’
“Yobosseyo”
“Yobosseyo, Lay ada apa ? kenapa nafas mu terengah-engah seperti itu ?” sahut Tiffany dari dalam handphonenya.
“Taeyeon.. Taeyeon, dimana dia ? apakau melihatnya ?” Tanya lay masih dengan nafas yang terengah-engah.
“Taeyeon ? baru saja ia kerumahku” Lay menelan ludahnya, “Dimana dia ?”
“Tadi dia bilang akan pergi ke Taman di dekat sekolahnya du-“
Belum sempat Tiffany menyelesaikan kalimatnya lay sudah buru-buru menutup handphone. Dengan segera ia melajukan mobilnya dengan kecepatan yang sangat tinggi. “Ku mohon Tuhan, biarkan aku meminta maaf padanya”
***
Lay keluar dari mobilnya lalu berlari ke arah taman tempat ia berada sekarang. Taman nya tidak terlalu besar, namun taman ini sangat indah. Ia berkeliling sambil berharap bisa menemukan Taeyeon. Benar saja, ia mendapati Taeyeon tengah berdiri di pinggir sungai kecil yang berada di taman itu.
Lay tersenyum lalu berlari kearah Taeyeon dengan nafas yang masih terengah-engah. Lay hampir saja ingin menangis, ternyata usahanya tidak sia-sia. “Taeyeon” katanya lembut.
Taeyeon membalikkan badannya. Ia sangat terkejut melihat Lay yang sekarang tengah berdiri di hadapannya. Lay dapat melihat jelas mata Taeyeon yang sembab habis menangis. Wajah gads itu pucat, rambutnya berantakan, dan dapat dilihat perban membaluti tangan kanannya.
“Lay…” lirih Taeyeon.
Lay memeluk Taeyeon erat. Taeyeon tersentak atas perlakuan Lay. Ia membelalakkan matanya mencoba mencerna apa yang barusan terjadi. Taeyeon tersenyum lalu membalas pelukan Lay walaupun kepalanya masih di serang oleh rasa sakit. “Mianhae, aku sudah jahat padamu. Mianhae Taeyeon –a”
Tak ada jawaban. Taeyeon diam, ia tak menjawab kalimat tulus yang keluar dari mulut Lay. Lay merasakan pelukan Taeyeon semakin melemah. Nafas Lay tercekat. Firasat buruk mulai merasuki hatinya. Taeyeon masih tetap diam.
Perlahan Taeyeon terlepas dari tubuh Lay lalu terbaring di tanah. Lay memandang khawatir tubuh Taeyeon yang terbaring lemah. “Taeyeon…” Lay mulai mengguncang-guncangkan badan Taeyeon berharap gadis itu bangun. “Taeyeon ku mohon jangan bercanda, aku tau kau sedang main-main” Lay terisak sambil terus memandangi jasad Taeyeon yang sudah tak bernyawa lagi.
“Taeyeon !!!”
Tangisan lay pecah. Taeyeon sudah tak bernyawa lagi. Gadis itu pergi, pergi meninggalkannya. Taeyeon pergi untuk selama-lamanya.

END

Leave a comment